Dumayshare.tk- *Selamat pagi sobat,selamat beraktifitas kembali :).
Para nelayan di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, didorong untuk mengoptimalkan komoditas rumput laut. Potensi rumput laut cukup besar tanpa harus membuat nelayan meninggalkan aktivitas mencari ikan. Bahkan, rumput laut bisa menjadi sumber pendapatan memadai saat masa paceklik ikan atau saat cuaca buruk yang menyebabkan nelayan tak bisa melaut.
Siswandi dari Kelompok Pembudidaya Rumput Laut Siragil di Desa Sumber Kencono, Wongsorejo, Banyuwangi, mengatakan, luasan lahan budidaya kelompoknya terus berkembang hingga 70 hektar. "Terus berkembang memanjang dari Pantai Wongsorejo hingga Desa Sumber Kencono ini. Produksi kami dalam setahun pun telah mencapai 300 ton per tahun," kata Siswandi.
Meningkatnya luasan lahan ini, lanjut Siswandi, karena perkembangan pasar rumput laut yang menjanjikan. Sekali panen bisa menghasilkan 3,5 ton rumput laut basah. Dalam setahun bisa panen hingga tujuh kali panen. "Sekali panen petani bisa mendapatkan penghasilan Rp 4-5 juta. Bahkan belum lama ini ada petani yang mendapat Rp 14 juta saat panen karena hasilnya melimpah," ujar Siswandi.
Menurut dia, besarnya permintaan pasar membuat berapa pun produksi rumput laut Banyuwangi bisa terserap.
Ditambahkan Siswandi, kelompok nelayan rumput laut di Banyuwangi juga melakukan pengaturan sistem tanam, agar tiap hari ada pembudidaya yang melakukan aktivitas panen secara bergantian. "Kita atur sedemikian rupa agar ada aktivitas yang terus berjalan. Juga agar untuk ekspor ke Jepang dan Tiongkok tidak berhenti, karena mereka mengambilnya tiap pekan. Sekali kirim kita bisa pasok sekitar 20 ton," kata Siswandi.
Saat ini, imbuh Siswandi, terdapat 300 nelayan yang terjun sebagai pembudidaya rumput laut di sekitar Pantai Wongsorejo. Mereka yang dulunya melaut hanya untuk mencari ikan, sekarang sudah banyak yang berprofesi ganda.
"Alhamdulillah hasil rumput laut bisa mensejahterakan banyak orang di daerah ini dan mengurangi angka pengangguran. Padahal dulu sebelum ada dorongan membudidayakan rumput laut, angka kriminalitas cukup tinggi, tapi kini sudah jauh berkurang karena mau kita ajak budidaya ini," ujar Siswandi.
Peningkatan kesejahteraan juga dirasakan oleh perempuan di sekitar lokasi budidaya rumput laut yang menjadi tenaga pemotong. Mereka mendapat upah Rp 40.000 per hari untuk jasa potong tali rumput laut.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, pihaknya memang mendorong nelayan melakukan diversifikasi usaha. Selain tetap melaut untuk mencari ikan, harus ada usaha lain. Langkah ini penting untuk mengantisipasi masa paceklik ikan dan cuaca buruk seperti badai atau angin kencang.
"Ada nasihat bijak dalam dunia bisnis, jangan taruh telur dalam satu keranjang. Artinya, semua pelaku usaha termasuk nelayan perlu punya diversifikasi usaha, seperti membudidayakan rumput laut," ujarnya.
Pemkab Banyuwangi telah memfasilitasi bantuan sarana budidaya dan demplot untuk sepuluh kelompok pembudidaya rumput laut. Sentra rumput laut di Banyuwangi tersebar di beberapa tempat, salah satunya di Kecamatan Wongsorejo terutama di empat desa, yaitu Desa Sumber Kencono, Alas Rejo, Wongsorejo, dan Bengkak.
Produksi total rumput laut di Banyuwangi mencapai 3.900 ton pada 2013, meningkat 62,5 persen dibanding 2012. Tahun ini ditargetkan bisa mencapai 5.000 ton.
"Pasar rumput laut cukup besar, seperti untuk industri makanan dan kecantikan. Tantangan ke depan bagaimana menggabungkan pengembangan rumput laut menjadi poin tambah ke sektor pariwisata dan industri kreatif. Seperti bagaimana rumput laut diolah menjadi camilan ringan, atau bisa saja wisatawan diajak ke sini untuk melihat panen rumput laut," kata Anas.
Demikian pula untuk nelayan lain, selama ini telah didorong untuk melakukan diversifikasi usaha. Selain fasilitasi untuk sarana tangkap seperti rumpon, Pemkab Banyuwangi membantu alat pengolahan sistem rantai dingin, timbangan, hingga perahu bermotor. "Untuk diversifikasinya, kami dorong ke budidaya ikan. Ada bantuan untuk benih dan sarana lain seperti kolam terpal dan lahan percontohan atau demplot. Adapun untuk pemberian nilai tambah, ada pendampingan pengolahan hasil perikanan, bisa dijadikan kerupuk ikan, bakso ikan, dan lain-lain," katanya.
Para nelayan di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, didorong untuk mengoptimalkan komoditas rumput laut. Potensi rumput laut cukup besar tanpa harus membuat nelayan meninggalkan aktivitas mencari ikan. Bahkan, rumput laut bisa menjadi sumber pendapatan memadai saat masa paceklik ikan atau saat cuaca buruk yang menyebabkan nelayan tak bisa melaut.
Siswandi dari Kelompok Pembudidaya Rumput Laut Siragil di Desa Sumber Kencono, Wongsorejo, Banyuwangi, mengatakan, luasan lahan budidaya kelompoknya terus berkembang hingga 70 hektar. "Terus berkembang memanjang dari Pantai Wongsorejo hingga Desa Sumber Kencono ini. Produksi kami dalam setahun pun telah mencapai 300 ton per tahun," kata Siswandi.
Meningkatnya luasan lahan ini, lanjut Siswandi, karena perkembangan pasar rumput laut yang menjanjikan. Sekali panen bisa menghasilkan 3,5 ton rumput laut basah. Dalam setahun bisa panen hingga tujuh kali panen. "Sekali panen petani bisa mendapatkan penghasilan Rp 4-5 juta. Bahkan belum lama ini ada petani yang mendapat Rp 14 juta saat panen karena hasilnya melimpah," ujar Siswandi.
Menurut dia, besarnya permintaan pasar membuat berapa pun produksi rumput laut Banyuwangi bisa terserap.
Ditambahkan Siswandi, kelompok nelayan rumput laut di Banyuwangi juga melakukan pengaturan sistem tanam, agar tiap hari ada pembudidaya yang melakukan aktivitas panen secara bergantian. "Kita atur sedemikian rupa agar ada aktivitas yang terus berjalan. Juga agar untuk ekspor ke Jepang dan Tiongkok tidak berhenti, karena mereka mengambilnya tiap pekan. Sekali kirim kita bisa pasok sekitar 20 ton," kata Siswandi.
Saat ini, imbuh Siswandi, terdapat 300 nelayan yang terjun sebagai pembudidaya rumput laut di sekitar Pantai Wongsorejo. Mereka yang dulunya melaut hanya untuk mencari ikan, sekarang sudah banyak yang berprofesi ganda.
"Alhamdulillah hasil rumput laut bisa mensejahterakan banyak orang di daerah ini dan mengurangi angka pengangguran. Padahal dulu sebelum ada dorongan membudidayakan rumput laut, angka kriminalitas cukup tinggi, tapi kini sudah jauh berkurang karena mau kita ajak budidaya ini," ujar Siswandi.
Peningkatan kesejahteraan juga dirasakan oleh perempuan di sekitar lokasi budidaya rumput laut yang menjadi tenaga pemotong. Mereka mendapat upah Rp 40.000 per hari untuk jasa potong tali rumput laut.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, pihaknya memang mendorong nelayan melakukan diversifikasi usaha. Selain tetap melaut untuk mencari ikan, harus ada usaha lain. Langkah ini penting untuk mengantisipasi masa paceklik ikan dan cuaca buruk seperti badai atau angin kencang.
"Ada nasihat bijak dalam dunia bisnis, jangan taruh telur dalam satu keranjang. Artinya, semua pelaku usaha termasuk nelayan perlu punya diversifikasi usaha, seperti membudidayakan rumput laut," ujarnya.
Pemkab Banyuwangi telah memfasilitasi bantuan sarana budidaya dan demplot untuk sepuluh kelompok pembudidaya rumput laut. Sentra rumput laut di Banyuwangi tersebar di beberapa tempat, salah satunya di Kecamatan Wongsorejo terutama di empat desa, yaitu Desa Sumber Kencono, Alas Rejo, Wongsorejo, dan Bengkak.
Produksi total rumput laut di Banyuwangi mencapai 3.900 ton pada 2013, meningkat 62,5 persen dibanding 2012. Tahun ini ditargetkan bisa mencapai 5.000 ton.
"Pasar rumput laut cukup besar, seperti untuk industri makanan dan kecantikan. Tantangan ke depan bagaimana menggabungkan pengembangan rumput laut menjadi poin tambah ke sektor pariwisata dan industri kreatif. Seperti bagaimana rumput laut diolah menjadi camilan ringan, atau bisa saja wisatawan diajak ke sini untuk melihat panen rumput laut," kata Anas.
Demikian pula untuk nelayan lain, selama ini telah didorong untuk melakukan diversifikasi usaha. Selain fasilitasi untuk sarana tangkap seperti rumpon, Pemkab Banyuwangi membantu alat pengolahan sistem rantai dingin, timbangan, hingga perahu bermotor. "Untuk diversifikasinya, kami dorong ke budidaya ikan. Ada bantuan untuk benih dan sarana lain seperti kolam terpal dan lahan percontohan atau demplot. Adapun untuk pemberian nilai tambah, ada pendampingan pengolahan hasil perikanan, bisa dijadikan kerupuk ikan, bakso ikan, dan lain-lain," katanya.
[war]
2 comments
Click here for commentsmantap nih thanks ya :)
Replyiya sama" gan,makasih gan telah berkunjung ke blog saya
ReplySmoga sering kemari yah hehehe :-bd
ConversionConversion EmoticonEmoticon